Meskipun KNIL melayani pemerintahan
Hindia-Belanda, banyak di antara anggota-anggotanya yang adalah penduduk
bumiputra di Hindia-Belanda dan orang-orang Indo-Belanda, bukan orang-orang
Belanda.
Di antara mereka yang pernah menjadi anggota
KNIL pada saat menjelang kemerdekaan adalah Mangkunegara VII, Sultan Hamid II,
Oerip Soemohardjo, E. Kawilarang, A.H. Nasution, Gatot Soebroto dan T.B.
Simatupang serta tentu saja Muhammad Suharto, yang kelak memegang peranan
penting dalam pengembangan dan kepemimpinan di dalam angkatan bersenjata
Indonesia.
Pergerakan revolusi di Sulawesi
Selatan ini banyak di pelopori oleh para mantan KNIL yang masih cinta tanah
kelahirannya, dan kemudian meninggalkan figure kehormatan KNIL Ratu Wilhelmina
yang bagi orang Indonesia ratu Belanda itu tidak lebih dari seorang ratu yang
memiliki ide penjajahan di Hindia Belanda. Kesadaran seperti ini masih ada para
sebagian dari orang-orang bumi putra atau bahkan Indo Belanda yang kemudian
secara sukarela dan penuh dengan resiko menggabungkan diri kepada perjuangan
Republik Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan sudah terdengar sampai
ke Sulawesi Selatan. Melalui seorang wartawan yang bernama Mania Sophian
informasi ini diedarkan. Para pemuda di Selawesi menyambut kabar tersebut
dengan suka cita. Untuk mempercepat berita ini maka Manai Sophian yang mempunyak akses
terhadap para tokoh-tokoh pemuda di
Jawa oleh para pemuda di Sulawei Selatan di pilih menjadi Ketua pemuda untuk kemudian bertolak ke Pulau Jawa
sebelum dimulai aksi-aksi pertempuran-pertempuran Makasar untuk melawan NICA.
Oleh pimpinan daerah ia antara lain diutus
untuk mengadakan hubungan dengan pemerintah pusat guna mendapat bahan-bahan
untuk melancarkan roda perjuangan, seperti uang, senjata dan koordiansi antara
perjuangan di Sulawesi Selatan dengan di Pulau Jawa. Di Jawa
Sophian menggabungkan diri sebagai pengurus PNI dan anggota KNIP.
Para Pemuda yang memiliki semangat yang
berkobar-kobar pada waktu itu dan merasa bahwa perjuangan dan usaha perjuangan
masih sangat tertinggal bila dibandingkan dengan teman-temanya di Jawa dan
Sumatra seperti yang didengarnya melalui radio, merasa ada yang kekurangan
tegasan dalam tindakan proklamasi diSulawesi.
Oleh sebab itu mereka merencanakan untuk
mengadakan suatu demonstrasi secara besar-besaran pada tanggal 23 oktober 1945.
Pemuda-pemuda akan berpawai pasukan demi pasukan dengan membawa bendera merah
putih.Bendera harus dipertahankan dengan segala konsekuensinya bila fihak NICA nanti
bertindak.
Rencana tersebut terpaksa dibatalkan setelah
ada pembicaraan dengan staf gubernur. Golongan angkatan tua tidak begitu
menyetujuinya, mereka beralasan bahwa usaha para kaum muda di KNIL itu justru
akan membahayakan perjuangan RI selanjutnya. Memang adalah suatu
kesulitan, karena panglima tentara Australia tidak dapat menyetujuinya adanya
demonstrasi-demonstrasi dan pemimpin-pemimpin kita lebih mementingkan suasana
yang baik dengan pimpinan Sekutu.
Rencana ini justru didukung oleh sebagian
anggota KNIL di Makassar yang masih cinta tanah airnya. Memang ada dua golongan
di dalam tubuh KNIL yang satu dengan lainnya sangat bertentangan. yakni
golongan angkatan muda yang baru datang dari morotai (gezakstreopen) dan
golongan KNIL tua yang baru dibebaskan dari kamp-kamp interniran.
Golongan KNIL dari morotai ini telah mengalami
perang yang besar,bergaul pula dengan fihak sekutu dan mempunyai sahamnya dalam
perang yang berpanji “kemerdekaan” ,”demokrasi’,dan sebagainya.
Mereka juga telah mendengar berita
proklamasi Soekarno- Hatta dari
radio di Morontai. Mereka bersedia untuk terus menggabungkan diri dengan
republik. Pada mulanya ada dua kompi mereka yang turut dimakassar.
Komandan-komandan atasan mereka memang betul
masih terdiri dari orang-orang Belanda, akan tetapi regu-regu dan
peleton-peleton praktis dikuasai oleh kader Indonesia. Mereka membawa
berpeti-peti senjata dari morotai yang dengan royal diberikan begitu saja oleh
tentara Sekutu.
KNIL angkatan muda ini berasrama dijalan goa,
tepat berhadapan dengan markas pemuda dimana terus berkibarbsang dwi
warna.Terjadilah kontak yang hangat dan erat antara pemuda sekitarnya dengan
KNIL pribumi .
Para tokoh KNIL pribumi keturunan Sulawesi Selatan inilah yang justru mengajak dan mendorong pemuda-pemuda untuk berontak terhadap belanda. Mereka mendatangi pula gubernur dan pemimpin-pemimpin lainya.Mereka juga membawa berpeti-peti senjata kerumah pondaag dari staf gubernur,untuk dipergunakan.
Para tokoh KNIL pribumi keturunan Sulawesi Selatan inilah yang justru mengajak dan mendorong pemuda-pemuda untuk berontak terhadap belanda. Mereka mendatangi pula gubernur dan pemimpin-pemimpin lainya.Mereka juga membawa berpeti-peti senjata kerumah pondaag dari staf gubernur,untuk dipergunakan.
Sebaliknya sikap KNIL angkatan
tua (ex interniran) yang berada di tangsi justru malah sangat pro Belanda, mereka masih setia
kepada Ratu Welhelmina di Belanda. Jiwa
kolonial para KNIL tua dan tetap mendukung Belanda untuk masuk dan menjajah lagi. Akan tetapi persenjataan mereka pada waktu itu ,masih
kurang dan merasa diliputi oleh rasa takut terhadap pemuda-pemuda yang memusuhi
mereka.
Pemuda-pemuda KNIL angkatan muda tidak
jemu-jemunya untuk mengajak secara bersama-sama mengajak memberontak terhadap
Belanda. Pada mulanya dari fihak dari kita juga timbul keraguan-keraguan.dalam
suatu peristiwa yang terjadi pada tanggal 6 desember 1945, akhirnya serombongan
dari mereka melarikan diri ke fihak kita, dengan membawa persenjataan, yang
lengkap dengan mesiu sebanyak 2 truck.
Mereka juga menolak untuk menerima perintah
dari komandan KNIL yang memang sudah semakin kehilangan wibawa, para pemuda
desersi dari KNIL ini hanya ingin menerima perintah dari pemerintah Republic
Indonesia dan melakukan perlawanan dengan pertempuran melawan KNIL ketika
hendak menawan mereka. Sayangnya
Pemerintah RI yang diwakili oleh Gubernur masih kurang pandai untuk benar-benar
menerima mereka, akibat masih kurang yakin atas keluarnya mereka dari KNIL.
Di pihak lain tambahan pasukan KNIL datang dari
Sulawesi Utara, satu Kompi KNIL
baru ini untuk menutupi kekurangan dari para deserse KNIL yang sudah melarikan
diri. Tentara KNIL ini kemudian
berbabung dengan Kapten Abeng yang
menjadi komandan KNIL.
KNIL yang menjadi pendukung RI ini sudah dua
minggu lamanya mereka tetap berada
dikapal selama masa pelarian meraka
dari pencarian para komandan KNIL. Para
pemuda Sulawesi Selatan masih melarang mereka mendarat mengingat bahaya-bahaya
yang mungkin akan mereka dapati jika sampai para Komandan KNIL menemukan para
pemberontak ini.
Dalam suatu waktu mereka semakin tidak tahan
untuk tetap mendarat, karena kemungkinan mata-mata dan para pencari dapat
mengetahuikeberadaan mereka. Para pemuda mantan KNIL ini menyamar sebagai
pedagang-pedagang dari kapal niaga.
Pemuda-pemuda KNIL ini menanyakan keadaan kota
dan mereka berusaha mencari kontak untuk menjadi bagian dari tentara Republik
Indonesia. Mereka secara sembunyi-sembunyi mencari tokoh-tokoh yang dapat menghubungi badan-badan
ketentaraan Republik dan mengutarakan maksud mereka untuk bergabung. Tetapi sayangnya para tokoh-tokoh itu ragu-ragu untuk
menerima. Para tokoh yang ditemui malah khawatir mereka adalah mata-mata NICA.
Pemuda mantan KNIL yang bernama Selendu dan
Lolain, secara langsung mendatangi Gubernur Sulawesi Selatan Ratulangi dirumahnya, karena mereka
ingin bertemu. Sayangnya Gubernur juga kurang percaya, maka mereka tidak dapat diterima oleh gubernur.
Pegawai Kantor Gubernur yang
bernama Pantouw menerima mereka.
Kedua orang bintara KNIL itu menyatakan hasrat mereka untuk menggabungkan diri
dan menunggu perintah dari Gubernur.
Pantouw tidak mengucapkan sesuatu yang tegas, melainkan berbicara secara
berliku-liku, karena ia juga masih ragu dan khawatir Gubernur akan marah jika
ia mengambil keputusan yang berbeda.
Untuk meyakinkan tekad para pemuda mantan KNIL
ini mereka menyatakan kesanggupan mereka untuk berontak dan dalam satu hari
untukmembersihkan Belanda-Belanda yang berada di Makasar. Mereka menyatakan
kesanggupan untuk menghabisi Belanda itu karena mereka yakin dan
sudah dapat dipastikan, bahwa lebih dari separuh KNIL angkatan muda di Sulawesi
Selatan masih cinta kepada RI, terutana mereka dari KNIL angkatan Muda.
Gubernur Ratu Langi masih
tak dapat memberikan keputusan dan meminta agar supaya mereka bersabar dahulu
karena ia sedang mengadakan perbandingan dengan fihak sekutu. Dan pula masih
menjadi pertanyaan, Bagai mana nanti sikap sekutu mengenaipenggabungan mantan
KNIL itu.
Sementara itu gubernur menggabungkan mereka
terhadap pemuda-pemuda di Makasar. Penjagaan-penjagaan didalam
kota pada waktu itu dikuasai oleh kompi KNIL ini, juga suatu tempat yang disebut “place camp” dimana terdapat
tentara-tentara NICA yang berada di sana, penjagaan meraka ketat dan
dibantu oleh tentara Australia.
Kabar mengenai pembelotan para tentara KNIL ini
akhirnya didengat Belanda dan Australia. Tentara NICA dan tentara
Australia bersiap-siap untuk melakukan
penangkapan dan pembersihan para pembelot bagi mereka ini. Meraka akan memberikan hukuman militer yang keras,
bahkan hukuman mati terhadap para tokoh mantan KNIL yang menjadi provokatornya.
Salendu dan kawan-kawan menjadi terkejut
terhadap pencarian mereka ini, sementara mereka belum memastikan dapat diterima
oleh tentara Republik. Mereka juga semakin khewatir dengan keselamatan para
pemuda mantan KNIL. Mereka sekali lagi menghadap Gubernur dan mengusulkan agar pada saat itu juga para
pemuda berontak dan kemudian melarikan diri kepedalaman, di Polong-Bangkeng.
Gubernur tak dapat memberikan sesuatu keputusan,
hanya meminta agar supaya yang pergi kepedalaman jangan lebih dari 9 orang saja
untuk menyembunyikan persenjataan sebanyak dua truk yang mereka rampas,
sementara yang lain lebih baik melakukan penyamaran dan
bergabung dengan rakyat.
Maka pada tanggal 5 desember 1945, Lolian dan Selendu
dan 6 kawan mantan KNIL lainnya 2 membawa dua truk yang berisi amunisi penuh
itu ke hutan. Persenjataan yang
merka bawa sangat besar nilainya, ada 6 bren besar dan persenjataan lainnya.
Mereka membuat sesuatu rencana, bila nanti para KNIL
angkatan muda lain yang masih berada di markas di diperintahkan oleh Belanda
untuk mengejar mereka yang melarikan diri itu, mereka akan menggabungkan diri
dengan kaum pemberontak. Mereka siap akan apa saja yang terjadi.
Dengan perantaraan Staf Gubernur diperoleh penunjuk
jalan untuk bersembunyi . Akan tetapi sungguh malang bagi mereka, bahwa
diantara pandu-pandu itu ada seorang pemuda yang ternyata mata-mata Belanda.
Pemuda bernama Najamuddin melaporkan segala sesuatunya kepada tentara NICA di
Makasar.
Kepada NICA kemudian mendatangi Gubernur Ratu
langi dan menuntut pengembalian Selendu
dan Kawan-kawan lainnya berikut
dengan segala peralatan yang mereka bawa. Gubernur memberi jawaban, bahwa pada
tahun 1942 belanda sudah menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan pada waktu itu
Jendral Ter Poorten sudah membubarkan KNIL. Oleh karena itu,
Gubernur tidak mengenal Hindia Belanda KNIL lagi. Ini pulalah yang menjadi
pendirian hukum dari pemuda-pemuda KNIL yang memberontak itu.
Regu pemberontak sementara itu telah tiba di
Sungguminasa dan bersama merekaa telah ada juga kurang lebih 20 orang bekas
Heiho yang bergabung. Disini mereka kedatangan seorang “koerier Gubernur” yang
membawa perintah agar mereka menunggu di Sungguminasa saja karena Gubernur akan
mengadakan perundingan dengan Jendral Australia.
Pada pagi hari tanggal 9 Desember
1945 mereka menjadi terperanjat ketika diatas kepala mereka terlihat
peluru-peluru isyarat. Mereka ternyata telah dikepung oleh 1 batalyon KNIL yang
masih setia, tentara NICA dan 1 kompi tentara Australia.
Pemuda-pemuda berteriak: ”Angkat tangan!Jangan
mau dijajah lagi!Pegang itu Belanda-Belanda!”
“Jangan tembak! Kita sama kita tidak apa……….”
Sementara itu barisan pengepungan sudah
melepaskan tembakan-tembakan yang gencar sekali, sehingga mereka saling
kenamengenaimereka sendiri, disebabkan cara pengepungan yang sangat rapat, akan
tetapi salah. Selendu dan kawan-kawan meloloskan diri ke sungaii Jeneberang dan
menceburkan diri ke dalamnya dengan dikejar-kejar oleh tembakan-tembakan
mitralyur dari berbagai-bagai jurusan.
Mereka segera terkepung rapat. Akan tetapi beberapa
orang berhasil untuk meloloskan diri seperti pemuda yang bernama Supit,
Sumarau, Lolain, dan beberapa orang bekas Haiho. Lolain pada waktu itu
membenamkan diri dibawah tanaman bunga yang terapung. Peluru-peluru
bermitralyur berdesingan diatas kepalanya dan kemudian serdadu-serdadu KNIL
golongan tua menyembaki dan
menyambit-yambit dengan parang tempat bunga-bunga
teratai diatas air. Akan tetapi ternyata Tuhan masih melindungi nyawa beberapa pemduda
itu. Tetapi tidak sedikitjuga yang akhirnya gugur dalam usaha melawan Belanda
itu.
Selendu sendiri berhasil ditawan, sekalipun
ia masih sempat untuk menyamar sebagai seorang pengail. I Ia dihina dan diinjak-injak oleh sersan Mayor/KNIL
Mangantung yang masih saudara sesuku bangsanya.
Seluruhnya fihak Belanda berhasil untuk
menawan 6 orang anggota KNIL yang memberontak serta 10 orang bekas haiho.
Mereka selanjutnya diajukan kemuka pengadilan tentara yang diketuai oleh Mayor Smit. Salah seorang anggotanya ialah Hakim Daeng Mapuji.
Tajudin Noor bertindak sebagai pembela.
Bintara-bintara ini mendapat 10 tahun keatas dan dipenjarakan dipenjara
Cipinang Jakarta.
Sungguh disayangkan sekali, bahwa dalam suasana
yang demikian baiknya itu terasa sekali akan kekurangan pimpinan yang
revolusioneryang dapat sepenuhnya memanfaatkan kesempatan pembelotan para KNIL
tersebut. Kurangnya koordinasi dan kepemimpinan membuat
pdrjuangan di Sulawesi Selatan pada waktu itu mudah dipatahkan.
untuk menjelmakan mereka dalam waktu yang
singkat menjadi pasukan- pasukan yang teratur sebagai kerena didalam
tangan pemerintah RI yang masih
belum kuat